SMS Bisa Menyebabkan Gila
Anda senang ber-SMS ria? Hati-hati.
Menurut hasil penelitian terbaru atas perilaku remaja, terlalu sering SMS melalui ponsel bisa menyebabkan sakit mental dan fisik. Penelitian yang mengkaji kebiasaan komunikasi di kalangan remaja itu mendapati gejala seperti kecemasan, rasa tidak aman, depresi, dan rendah diri banyak ditemui di kalangan remaja yang senang ber-SMS.
Menurut laporan Boost Mobile, dalam 2 tahun terakhir SMS meningkat 89% dimana seorang pelanggan remaja bisa mengirim 4.000 SMS dalam kurun waktu 9 hari. Dr. Jennie Carrol, seorang peneliti teknologi dari Universitas RMIT, Melbourne, yang meneliti efek komunikasi modern mengatakan bahwa ponsel telah menyatu dalam kehidupan remaja. Dia mengelompokkan berbagai efek komunikasi modern ke dalam beberapa kategori gangguan yang berbeda, seperti textaphrenia, textiety, post-traumatic text disorder, dan binge texting.
Textaphrenia adalah keadaan dimana Anda seakan mendengar suara pesan masuk atau ponsel bergetar, padahal kenyataannya tidak demikian. Textiety adalah perasaan gelisah karena tidak menerima SMS atau tidak bisa mengirim SMS. "Dalam textaphrenia dan textiety ada perasaan bahwa 'tidak ada orang yang mencintai saya, tak ada orang yang menghubungi saya'," papar Carrol, seperti dikutip Heral Sun.
Post-traumatic text disorder adalah cedera fifik dan mental akibat SMS. Sementara binge texting adalah keadaan dimana remaja mengirim banyak SMS dalam satu waktu agar dirinya merasa baik dan berusaha menarik balasan. Menurut Carrol, kecelakaan fisik akibat SMS semakin meningkat. Misalnya banyak yang menabrak sesuatu ketika mereka ber-SMS. Bahkan di Jepang dilaporkan ada repetitive thumb syndrome, dimana jempol tangan bisa bergerak-gerak sendiri. Ukuran jempol remaja juga semakin besar, menjadikannya seperti monster jempol. Semuanya akibat SMS yang berlebihan.
Jika ada yang mengalami salah satu gejala seperti di atas, mencari aktivitas lain yang lebih kreatif dan bermanfaat bisa menjadi cara untuk menanggulangi kecanduan ini. Orangtua tentunya harus lebih memperhatikan penggunaan ponsel putra-putrinya.
Di tempat terpisah, ada sebuah klinik unik di Roehampton, London yang kebanyakan pasiennya menderita gangguan mental akibat ketagihan mengirim SMS. Banyak pasien yang mengeluh tidak bisa melepaskan diri dari HP nya. Dr. Mark Collins, salah seorang dokter yang merawat pecandu SMS berujar, "Ini penyakit baru yang muncul dalam masyarakat, akibat obsesi berlebihan terhadap piranti teknologi modern". lebih lanjut dia menerangkan, "Dalam 18 bulan terkahir, banyak jumlah pecandu yang sulit sekali menghentikan kebiasaannya mengirimkan pesan-pesan tertulis. Entah itu lewat internet atau telepon genggam. Salah seorang pasien saya, menghabiskan 7 jam sehari hanya untuk menulis pesan". "Ada beberapa pasien yang berhenti minum alkohol dan mengonsumsi kokain tetapi menghabiskan lebih dari 5 jam sehari untuk chatting di internet. Salah seorng pecandu SMS, bahkan mengaku mengirimkan 54 pesan pesan dalam sehari", kata Dr. Collins.
Sumber: Majalah Konsist Edisi 41/Th.IV/2010
Menurut hasil penelitian terbaru atas perilaku remaja, terlalu sering SMS melalui ponsel bisa menyebabkan sakit mental dan fisik. Penelitian yang mengkaji kebiasaan komunikasi di kalangan remaja itu mendapati gejala seperti kecemasan, rasa tidak aman, depresi, dan rendah diri banyak ditemui di kalangan remaja yang senang ber-SMS.
Menurut laporan Boost Mobile, dalam 2 tahun terakhir SMS meningkat 89% dimana seorang pelanggan remaja bisa mengirim 4.000 SMS dalam kurun waktu 9 hari. Dr. Jennie Carrol, seorang peneliti teknologi dari Universitas RMIT, Melbourne, yang meneliti efek komunikasi modern mengatakan bahwa ponsel telah menyatu dalam kehidupan remaja. Dia mengelompokkan berbagai efek komunikasi modern ke dalam beberapa kategori gangguan yang berbeda, seperti textaphrenia, textiety, post-traumatic text disorder, dan binge texting.
Textaphrenia adalah keadaan dimana Anda seakan mendengar suara pesan masuk atau ponsel bergetar, padahal kenyataannya tidak demikian. Textiety adalah perasaan gelisah karena tidak menerima SMS atau tidak bisa mengirim SMS. "Dalam textaphrenia dan textiety ada perasaan bahwa 'tidak ada orang yang mencintai saya, tak ada orang yang menghubungi saya'," papar Carrol, seperti dikutip Heral Sun.
Post-traumatic text disorder adalah cedera fifik dan mental akibat SMS. Sementara binge texting adalah keadaan dimana remaja mengirim banyak SMS dalam satu waktu agar dirinya merasa baik dan berusaha menarik balasan. Menurut Carrol, kecelakaan fisik akibat SMS semakin meningkat. Misalnya banyak yang menabrak sesuatu ketika mereka ber-SMS. Bahkan di Jepang dilaporkan ada repetitive thumb syndrome, dimana jempol tangan bisa bergerak-gerak sendiri. Ukuran jempol remaja juga semakin besar, menjadikannya seperti monster jempol. Semuanya akibat SMS yang berlebihan.
Jika ada yang mengalami salah satu gejala seperti di atas, mencari aktivitas lain yang lebih kreatif dan bermanfaat bisa menjadi cara untuk menanggulangi kecanduan ini. Orangtua tentunya harus lebih memperhatikan penggunaan ponsel putra-putrinya.
Di tempat terpisah, ada sebuah klinik unik di Roehampton, London yang kebanyakan pasiennya menderita gangguan mental akibat ketagihan mengirim SMS. Banyak pasien yang mengeluh tidak bisa melepaskan diri dari HP nya. Dr. Mark Collins, salah seorang dokter yang merawat pecandu SMS berujar, "Ini penyakit baru yang muncul dalam masyarakat, akibat obsesi berlebihan terhadap piranti teknologi modern". lebih lanjut dia menerangkan, "Dalam 18 bulan terkahir, banyak jumlah pecandu yang sulit sekali menghentikan kebiasaannya mengirimkan pesan-pesan tertulis. Entah itu lewat internet atau telepon genggam. Salah seorang pasien saya, menghabiskan 7 jam sehari hanya untuk menulis pesan". "Ada beberapa pasien yang berhenti minum alkohol dan mengonsumsi kokain tetapi menghabiskan lebih dari 5 jam sehari untuk chatting di internet. Salah seorng pecandu SMS, bahkan mengaku mengirimkan 54 pesan pesan dalam sehari", kata Dr. Collins.
Sumber: Majalah Konsist Edisi 41/Th.IV/2010
Labels: ilmu bermanfaat